Jenis-jenis Cedera Umum
1. Cedera Ringan
Cedera ringan adalah cedera yang tidak berakibat fatal atau mengancam jiwa olahragawan, seperti luka, Luka adalah rusaknya keutuhan jaringan lunak kerena ruda paksa atau terputusnya jaringan lunak karena kekerasan. Penyebab umum terjadinya luka antara lain:
a. Benda tumpul, tajam atau mekanis
b. Benda panas atau persuhu tinggi
Berdasarkan akibatnya, luka dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Luka terbuka, adalah lapisan jaringan yang paling luar tidak utuh lagi sehingga terlihat jaringan dibawahnya. (luka iris, luka tusuk, lecet, luka robek).
b. Luka tertutup, adalah luka yang kerusakannya terdapat dibawah kulit (strain pada otot dan tendon, sprain pada ligamen dan hematon/perdarahan dibawah kulit).
2. Cedera Berat
Cedera berat adalah cedera yang bisa berakibat fatal atau mengancam jiwa olahragawan dan kerusakan yang terjadi pada jaringan berat.
a. Gegar otak, terjadi karena benturan di kepala. Ditandai dengan hilangnya kesadaran (pingsan) dan setelah sadar, lupa akan peristiwa yang terjadi/penyebabnya (amnesia). Semakin lama pingsan, maka semakin berat gegar otaknya. Begitupun semakin panjang mengalami amnesia, maka semakin parah pula gegar otaknya.
b. Patah tulang (fraktur), adalah rusaknya jaringan tulang akibat ruda paksa/putusnya tulang baik sebagian atau seluruh tulang yang ditandai dengan nyeri bila digerakkan, bentuknya berubah dan ada pembengkakan di tempat yang patah. Fraktur dapat dibagi menjadi dua macam: 1.) Patah tulang terbuka, ada hubungannya dengan luka terbuka. Bagian tulang yang patah berhubungan dengan lingkungan (suhu, cuaca, dll). Pada saat seperti ini, tidak diperkenankan tulang kembali. 2.) Patah tulang tertutup, adalah tulang yang patah belum berhubungan dengan lingkungan.
Sprain dibagi menjadi tiga, yaitu:
Secara umum, tindakan awal dari pengobatan cedera ini maupun cedera olahraga lainnya adalah RICE.
Komponen RICE mempunyai peranan masing-masing karena mempunyai fungsi tertentu sehingga saling melengkapi untuk penanganan cedera. Penaganan cedera pada masa dini sangat signifikan fungsinya sebagi faktor penentu lamanya proses kesembuhan penderita cedera. Apabila ada tindakan pertama yang salah dalam penanganan cedera, hal itu akan berefek pada lama dan proses penyembuhan cedera tersebut. Untuk itu prinsip RICE ini sangat berperan dalam segala macam penagngan cedera, apakah itu cedera olahraga, cedera pekerjaan ataupuncedera aktifitas seharian. Berikut penjelasan mengenai komponen-konponen dari prinsip RICE:
b. Patah tulang (fraktur), adalah rusaknya jaringan tulang akibat ruda paksa/putusnya tulang baik sebagian atau seluruh tulang yang ditandai dengan nyeri bila digerakkan, bentuknya berubah dan ada pembengkakan di tempat yang patah. Fraktur dapat dibagi menjadi dua macam: 1.) Patah tulang terbuka, ada hubungannya dengan luka terbuka. Bagian tulang yang patah berhubungan dengan lingkungan (suhu, cuaca, dll). Pada saat seperti ini, tidak diperkenankan tulang kembali. 2.) Patah tulang tertutup, adalah tulang yang patah belum berhubungan dengan lingkungan.
3. Terkilir/Dislokasi (Lukasasio)
Dislokasi adalah keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi dengan tanda-tanda patah tulang. Apabila kepala sendi tidak sampai keluar dari mangkoknya disebut subluksassio. Keadaan ini terjadi kerusakan ligamen atau jaringan ikat yang menyangga sendi bahu karena mangkok sendinya lebih kecil dari kepala sendi.Strain, Sprain, dan Metode RICE
Strain adalah teregangnya otot dan tendon (jaringan ikat/penghubung yang kuat yang menghubungkan otot dengan tulang). Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari dan pelompat. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya. Tipe strain dapat dibagi menjadi 3 sebagai berikut:- Tingkat 1 (ringan), adalah regangan hebat tapi belum sampai robek. Terjadi nyeri pada tempat yang mengalami cedera. Kadang ada pembengkakan.
- Tingkat 2 (sedang), terdapat robekan pada tendon otot. Terasa sakit dan kekuatannya berkurang. Pengobatan dengan plester dan pembebatan dengan spalk.
- Tingkat 3 (berat), terjadi robekan total pada unit muskulus tendensius. Membutuhkan pembedahan dan segera larikan ke rumah sakit.
Sprain dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Tingkat 1 (ringan): terjadi peregangan ligamentum tetapi tidak robek. Ditandai dengan nyeri dan pembengkakan. Istirahat dari beban tekan 24-48 jam pertama.
- Tingkat 2 (sedang): beberapa serabut ligamen robek, terjadi nyeri tekan, rasa sakit, pembengkakan daera yang mengalami cedera tidak dapat digunakan. Istirahat, kompres menggunakan es, bebas tekan dan beri penguat dari luar.
- Tingkat 3 (berat): ligamentum yang memperkuat sendi robek/putus sama sekali. Dibuthkan pembedahan
- Nyeri
- Spasme otot
- Kehilangan kekuatan
- Keterbatasan lingkup sendi
- Bengkak atau memar
- Tidak stabil atau hilangnya kemampuan untuk menggerakkan sendi
Secara umum, tindakan awal dari pengobatan cedera ini maupun cedera olahraga lainnya adalah RICE.
Metode RICE
RICE priciple atau prinsip RICE dikenal sebagai prinsip penanganan cedera pertama kali pada cedera olahraga atau cedera aktivitas yang berakibat pada gejala objektif yang dirasakan dan perlu penanganan prinsip RICE. RICE merupakan kepanjangan dari REST-ICE-COMPRESSION-ELEVATION.Komponen RICE mempunyai peranan masing-masing karena mempunyai fungsi tertentu sehingga saling melengkapi untuk penanganan cedera. Penaganan cedera pada masa dini sangat signifikan fungsinya sebagi faktor penentu lamanya proses kesembuhan penderita cedera. Apabila ada tindakan pertama yang salah dalam penanganan cedera, hal itu akan berefek pada lama dan proses penyembuhan cedera tersebut. Untuk itu prinsip RICE ini sangat berperan dalam segala macam penagngan cedera, apakah itu cedera olahraga, cedera pekerjaan ataupuncedera aktifitas seharian. Berikut penjelasan mengenai komponen-konponen dari prinsip RICE:
0 komentar:
Posting Komentar