Penjaskesrek

Blog ini Berisi Informasi Seputar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang Cocok untuk Semua Kalangan.

Sejarah Pencak Silat Indonesia Lengkap

Sejarah adalah segala kejadian yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia, sedemikian rupa sehingga berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi, politik dan kebudayaan serta berkembang sesuai dengan keadaan tempat dan waktu. setiap gerak sejarah selalu mempunyai perkembangan.

Berbicara tentang "Perkembangan", maka kita harus meletakkan dan melihat adanya saling hubungan antara sederet kejadian-kejadian sejarah, yang mana deretan tersebut dijajar menurut skala waktu.

Kejadian sejarah tidak hanya terjadi pada seorang dan satu tempat saja, akan tetapi selalu terjadi akibat adanya saling hubugan antara manusia sesamanya, yang kemudian dapat diperluas antara daerah bahkan antar negara.

Karena ketiga faktor yaitu manusia, faktor tempat, dan faktor waktu, harus ada secara keseluruhan, dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Kebudayan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus terus dipelihara, dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangaan nasional, memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita bangsa di masa depan (TAP, MPR, 1987; 109).

Pencak silat merupakan salah satu jenis beladiri yang sudah cukup tua usianya. Tetapi saat ini belum kita dapatkan secara pasti kapan dan oleh siapa pencak silat itu diciptakan. Oleh karena itu biasanya perkembangan sejarah pencak silat selalu dihubungkan dengan perkembangan sejarah manusia.

Sejarah Pencak Silat

Pada zaman pra sejarah di Indonesia, telah diciptakan cara membela diri sesuai dengan situasi dan kondisi alam sekitarnya. Orang yang hidup didekat hutan-hutan mempunyai cara beladiri yang khas untuk menghadapi binatang yang buas yang ada di hutan tersebut. Bahkan mereka juga menciptakan beladiri dengan meniru-niru kera, harimau, ular, dan burung.

Pencak Silat
Indonesia dengan kekayaan alam geografis memiliki banyak sekali kekayaan alam, orang yang tinggal di pegunungan biasanya memiliki kaki yang kuat dan keras sedangkan Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang rumput biasanya berjalan, bergegas, berlari, sehingga gerakan kakinya menjadi lincah. Mereka menciptakan beladiri yang lebih banyak memanfaatkan kaki sebagai alat beladiri.

Akhirnya setiap daerah mempunyai beladiri yang khas dan berbeda dengan daerah lainnya, sehingga timbullah aliran beladiri beraneka ragam. Pertemuan antara penduduk daerah antara yang satu dengan yang lain, menyebabkan terjadinya tukar-menukar beladiri, sehingga dapat meningkatkan mutu beladiri di setiap daerah.

Perkembangan Pencak Silat Pada Masa Penjajahan

Pada zaman penjajahan [encak silat dipelajari dan dipergunakan baik oleh punggawa kerajaan, kesultanan, maupun para pejuang, pahlawan yang berusaha melwan pejajah. Di kalangan para pejuang, pencak silat diajarkan secara rahasia, sembunyi-sembunyi, karena kalau diketahui oleh penjajah akan dilarang. Kaum penjajah khawatir bila kemahiran pencak silat tersebut akhirnya dipergunakan untuk melawan mereka. Kekhawatiran itu memang beralasan, karena hampir semua pahlawan bangsa seperti Tjik Di Tiro, Imam Bonjol, Fatahillah (Sultan Cirebon), Pangeran Dipenengoro, Sultan Hasanuddin dan lain-lain adalah pendekar silat.

Perguruan-perguruan pencak silat tumbuh tanpa diketahui oleh penjajah, bahkan sebagain menjadi semacam perkumpulan rahasia. Pencak silat dipelajari pula oleh kaum gerakan politik termasuk beberapa organisasi kepanduan Nasional secara diam-diam perguruan-perguruan pencak silat berhasil memupuk kekuatan kelompok-kelompok yang siap menjajah sewaktu-waktu. Kaum pergerakan yang ditangkap penjajah dan dibuang secara diam-diam pula, menyebabkan ilmu pencak silat tersebut di tempat pembuangan.

Pasukan Pembela Tanah Air yang telah dikenal dengan PETA, juga mempelajari pencak silat dengan tekun. Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Oleh Jepang, pencak silat diajarkan agar masyarakat Indonesia bisa membantu Jepang menghadapi Belanda. Dimana-mana, karena anjuran Shimitzu diadakan pemusatan tenaga aliran pencak silat diseluruh Pulau Jawa, serentak didirikan gerakan pencak silat yang diatur oleh pemerintah di Jakarta.

Akan tetapi usul itu ditolak oleh Zhimitsu, karena akan mendesak Taysho Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi untuk kepentingan Jepang, bukan untuk kepentingan nasional kita. Namun haruslah kita akui bahwa keuntungan yang kita dapatkan dari zaman itu, kita mulai sadar lagi akan keharusan untuk berusaha mengembalikan ilmu pencak silat dihati masyarakat.

Pada masa pemerintahan Belanda, pencak silat sempat dilarang karena dianggap membahayakan kedudukan Belanda, sebagaimana kita tahu para pahlawan perjuangan kemerdekaan juga adalah para jagoan silat di masanya, tapi hal ini tidak menyurutkan para generasi penerus untuk terus mempelajari pencak silat sebagai warisan nenek moyangnya, semenjak Budi Utomo didirkan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional para pelajar yang pada tahun dua puluhan atau sebelumnya mendalami pencak silat, ternyata didalam kemerdekaan bangsanya sesudah kemerdekaan, terbentuklah wadah Nasional Pencak Silat Indonesia pada tahun 1948.

Perkembangan Pencak Silat Pada Zaman Kemerdekaan

Kemahiran ilmu beladiri pencak silat yang dipupuk terus-menerus oleh bangsa Indonesia, akhirnya digunakan untuk melawan penjajah secara gerilya pada zaman perang kemerdekaan. Perguruan-perguruan pencak silat pada waktu perang kemerdekaan, sibuk sekali mendidik, menggembleng tentara dan rakyat. Pesantren-pesantren di sampign mengajarkan agama, juga meningkatkan pendidikan beladiri pencak silat. Perang fisik di Surabaya melawan sekutu, pada bulan November tahun 1945 banyak menampilkan pejuang yang gagah perwira. Hasil didirikan pencak silat dari pondok Tebu Ireng, Gontor dan Jamsaren.

Pondok pesantren dan perguruan-perguruan silat tersebut bukan hanya mengajarkan beladiri pencak silat saja melainkan juga mengisi jiwa para calon pejuang dengan semangat juang dan patriotisme yang berkobar-kobar, semangat juang demikianlah yang membuat mereka tak mempunyai rasa takut sedikitpun dalam melawan tentara sekutu yang mempunyai persenjataan yang lebih lengkap dan mutakhir, sehingga akhirnya bangsa Indonesia dapat berhasil memenangkan perang kemerdekaan secara gemilang.

Setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945. Belanda melancarkan dua kali agresi untuk menguasai kembali Indonesia. Pencak silat kembali dimanfaatkan putra-putra Indonesia guna menghadapi perang/serangan Belanda. Para pemimpin Bangsa Indonesia dan para pendekar pencak silat waktu itu, menyadari bahwa pengajaran pencak silat berhasil memupuk semangat juang dan menggalang persaudaraan yang erat.

Pada awal kemerdekaan kita, Belanda berhasil memecah belah bangsa Indonesia dalam kelompok-kelompok kesukuan dengan dibentuknya negara-negara bagian, bahkan kemudian terjadi pemberontakan politik PKI Madiun, dan Darul Islam atau DI/TII. Kemahiran pencak silat bangsa Indonesia, digunakan kembali untuk menumpas pemberontakan. Bahkan untuk menumpas DI/TII, digunakan cara Pagar Betis, yaitu pengepungan pemberontak oleh tentara bersama dengan rakyat yang telah diajarkan kemarin beladiri pencak silat.

Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)

Menjelang Pekan Olahraga Nasional yang pertama di Solo, para pendekar pencak silat berkumpul untuk membentuk Organisasi Pencak Silat. Pada tanggal 18 Mei 1948, dibentuk Organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia, atau disingkat IPSI. Persatuan para pendekar dalam organisasi IPSI tersebut dimaksudkan untuk menggalang kembali semangat juang bangsa Indonesia, yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Yang lebih penting lagi, pencak silat dengan rasa persaudaraannya dapat memupuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang pada saat itu dalam keadaan terpecah belah. Dari sejak berdirinya sampai tahun 1973, dipimpin oleh Mr. Wongsonegoro, Mariyun Sudirohadiprojo, dan Rachmad Suronegoro. Tahun 1973, sampai tahun 1977, IPSI dipimpin oleh Tjokropranoto.

Silat

Di bawah kepemimpinan bapak Tjokropranolo, dicoba kembali untuk menempatkan pembinaan pencak silat secara nasional, baik melalui pemerintah maupun masyarakat. Usaha yang dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapatkan perhatian dan kemudian dirintis dengan diadakan seminar pencak silat. Oleh pemerintah pada tahun 1973 di Tugu Bogor.

Program olahraga bela diri pencak silat ditingkatkan dengan dilaksanakan program pertandingan olahraga pencak silat, dan dimasukkan dalam acara Pekan Olahraga Nasional (PON). Pada PON-PON yang lalu, disamping domonstrasi pencak silat juga masuk dalam lomba dengan adanya jalur olahraga beladiri, pencak silat komunikasi dengan daerah merupakan titik terang bagi perkembangan pencak silat. Pada masa kepengurusan Bapak Tjokropranolo, didampingi oleh Yan Van Maanen, MD. Djoenaldi, H. Suhari Sapari, dan R. Pamoedji, Januamo dan lain-lain . Pada masa tersebut, berhasil dipersatukan aliran-aliran yang masih belum masuk ke dalam organisasi IPSI.

Mulai tahun 1977, sampai tahun 1980 walaupun masih dipimpin oleh bapak Tjokropronolo, namun pimpinan harian dilaksankan oleh Eddy Djadjang Djajaatmadja.

Sejak tahun 1980, pimpinan harian IPSI dipegang oleh Eddy Marzuki Nalapraya, yang kemudian pada tahun 1981, IPSI sepenuhnya dibawah pimpinannya. Di bawah pimpinan Eddy Marzuki Nalapraya, IPSI telah berhasil melebarkan sayapnya, sampai keseluruh Provinsi di Indonesia bahkan di Belanda, Jerman, Australia, dan Amerika.

Organisasi IPSI, dari sejak berdirinya PORI tahun 1948 sudah mejadi anggota PORI yang berfungsi wadah induk-induk organisasi olahraga. IPSI turut aktif mendirikan Organisasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), pada tanggal 31 Desember 1967 sampai kini masih menjadi anggota KONI tersebut.

Pada tahun 1981, IPSI diakui pula menjadi anggota Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia (BKKNI). Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI), dalam hal pembinaan olahraga pencak silat tergantung dalam organisasi KONI, sedang dalam bidang pembinaan kesenian pencak silat tergabung dalam organisasi BKKNI.

Dengan seringnya kegiatan petandingan olahraga pencak silat di tingkat daerah maupun nasional, tersusun kembali kekuatan-kekuatan pencak silat yang selanjutnya membutuhkan program pembinaan yang terarah. Usaha-usaha pemerintah untuk menangani pencak silat di negara-negara Eropa dan Amerika, maupun hubungan silaturahmi dengan bangsa serumpun di kawasan Asia Tenggara.

Pada tahun 1980, terbentuklah Persekutuan Pencak Silat antara Bangsa (PERSILAT), yang didukung Negara Asian, ialah Indonesia, Malaysia, Singapura. Tanggal 1 Januari 1983, diadakan pertemuan di Singapura.

Pada bulan Juli 1985, PERSILAT memutuskan dan menetapkan peraturan-peraturan di bidang olahraga pencak silat meliputi;
  1. Peraturan Pertandingan olahraga pencak silat.
  2. Peraturan penyelenggaraan pertandingan olahraga pencak silat.
  3. Pedoman teknik dan taktik pertandingan olahraga pencak silat.
  4. Pedoman pelaksanaan tugas wasit dan juri olahraga pencak silat.
  5. Pedoman kesehatan pertandingan olahraga pencak silat.
  6. Ketentuan tentang peralatan dan kelengkapan pertandingan olahraga pencak silat, (PERSILAT, 1985).
Selanjunya PERSILAT, mengusahakan penyempurnaan dan pengembangan melalui penelitian.

Sejarah Pencak Silat Indonesia Lengkap Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ikbal H

0 komentar:

Posting Komentar