Penjaskesrek

Blog ini Berisi Informasi Seputar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang Cocok untuk Semua Kalangan.

Cara mengajar Pendidikan jasmani (Penjasorkes) yang Baik dan Benar

Halo teman-teman, bermetode/cara mengajar pendidikan jasmanitemu lagi dengan kami, semoga tidak bosan ya, hehe. Pada pembahasan kali ini kami akan mengupas sedikit mengenai metode/cara mengajar pendidikan jasmani yang baik dan benar, namun hal ini bukanlah sesuatu yang baku dan mesti teman-teman ikuti, tulisan ini hanyalah salah satu metode dari sekian banyak metode mengajar yang baik. Tidak usah panjang lebar, langsung saja kta masuk pada inti pembahasan ya.. cekidot.

Penjasorkes

Proses pembelajaran penjasorkes dilaksanakan secara sistematika sebagai berikut:

1. Pendahuluan (warming up)

Pendahuluan dalam penjasorkes juga disebut dengan pemanasan. Pemanasan dilakukan dengan tujuan utama mengikuti kegiatan pembelajaran inti. Bentuk gerakan hendaknya melibatkan sebagian besar otot tubuh. Sehubungan dengan keterbatasan waktu, perkiraan alokasi waktu 10% dari waktu pertemuan belajar. Perlu diketahui bahwa pemanasan tidak hanya sekadar melakukan bentuk-bentuk gerak saja, tetapi gerak tersebut harus dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh. Kesiapan fisik juga menyiratkan agar siswa dapat terhindar dari cedera yang disebabkan kekurangsiapan atau karena kurang pemanasan. Panas tubuh akan memadai karena telah terjadi metabolisme di dalam organ-organ tubuh secara langsung yang berkaitan dengan munculnya semangat dari kesiapan melakukan aktivitas fisik yang lebih berat.

2. Latihan Inti/Pokok

Latihan pokok dapat dikategorikan menjadi dua bagian utama, yakni:

Latihan pokok A

Latihan ini merupakan bentuk latihan yang berhubungan dengan pembelajaran gerak baru atau ia mengulang bentuk gerakan pada pertemuan sebelumnya. Bila pembelajaran dilangsungkan untuk mempelajari bentuk gerak baru, perhatian guru terhadap pertahapan pembelajaran diberikan secara proporsional. Bila pembelajaran dilangsungkan untuk mengulang bentuk gerak yang dikuasai maka perhatian guru terhadap gerak lebih terfokus kepada frekuensi pengulangan dan umpan balik yang bermakna. Makin banyak siswa memiliki kesempatan untuk melakukan pengulangan yang disertai umpan balik akan makin cepat pula proses pemerolehan keterampilan gerak tersebut.

Latihan pokok B

Latihan ini pada dasarnya merupakan penerapan dari latihan pokok A dengan tempo dan intensitas yang makin ditingkatkan. Dengan demikian, latihan pokok B terjadi peningkatan intensitas kerja fisik yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan dilakukan dalam waktu yang direkomendasikan. Umpan balik untuk memperbaiki unjuk kerja keterampilan gerak dan memadukan berbagai komponen yang telah dipelajari agar terbentuk rangkaian keterampilan gerak yang utuh. Pelaksanaan pembelajaran pokok B inilah yang merupakan puncak dari aktivitas fisik dalam pendidikan jasmani.

3. Latihan penutup

Latihan penutup yang biasa disebut pendinginan bertujuan mengembalikan fisik dan mental siswa pada keadaan yang sesungguhnya sehingga ia siap menerima pelajaran lainnya. Latihan penutup biasanya dilakukan dengan melakukan bentuk-bentuk gerak ringan, kemudian dilanjutkan dengan menarik kesimpulan-kesimpulan tentang pembelajaran tersebut.

Bagaimana mengaktifkan siswa?

Orientasi pembelajaran penjasorkes adalah siswa belajar gerak bukan guru. Siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk melakukan tugas gerak setelah mendapatkan informasi tentang bentuk-bentuk gerak yang harus dilakukannya. Tidak membiarkan siswa terlalu lama diam dan tidak melakukan aktivitas fisik selama proses pembelajaran. Hindari pemberian penjelasan yang lama agar siswa tidak berdiam diri dan hanya mendengarkan penjelasan.

Intensitas keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran harus menunjukkan kadar yang tinggi, tanpa keterlibatan secara aktif siswa dalam tiap tahap pembejaran penjasorkes akan mengakibatkan kehilangan nilai-nilainya. Penjasorkes bukan lagi pendidikan yang bertumpu pada aktivitas gerak saja, melainkan keterlibatan siswa secara totalitas menjadi prioritas untuk meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang ingin dicapai dalam proses pembelajarannya.

Guru harus mempertimbangkan agar keterlibatan siswa hanya terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, tetapi juga pada awal proses belajar dilangsungkan. Penentuan tujuan, pemilihan materi, metode, dan cara menilai keberhasilan belajar pelru juga melibatkan mereka. Keterlibatan siswa secara aktif pada awal proses pembejaran diharapkan mereka memiliki tanggung jawab yang besar untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan bersama.

Menetapkan metode pembejaran penjas efektif

Sampai saat ini belum teruji bahwa satu metode pembelajaran memiliki efektivitas yang lebih baik dari pada metode lainnya pada semua situasi belajar. Pemilihan metode pembejaran harus disesuaikan dengan situasi yang hendak diciptakan dan bahan belajar yang disajikan.
Namun pemilihan metode hendaknya juga mempertimbangkan gerak dan kejiwaan siswa. Metode pembejaran yang berfokus kepada otoritas guru secara berangsur-angsur harus digeser ke arah demokrat sesuai dengan perkembangan gerak dan kejiwaan. Makin bertambah usia anak akan menunjukkan kemampuan analisis yang kritis dan menuntut perlakuan yang berbeda dari masa sebelumnya.
Dengan demikian, metode pembejaran harus dapat mengakomodir hal tersebut. Libatkan siswa untuk memilih dan menetapkan metode mengajar yang terbaik untuknya, bukan untuk guru. Berikan tanggung jawab yang terkontrol agar siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan pilihan dan kemampuannya. Untuk melakukan hal ini, guru harus mempersiapkan diri guna mempersiapkan wawasan sebagai guru yang memiliki kompetensi profesional.

Keberhasilan Pendidikan Jasmani Diukur

Perlu ditegaskan bahwa yang diukur dalam pembelajaran penjasorkes adalah penguasaan konsep gerak dasar keterampilan olahraga, bukan yang lainnya. Pengukuran keberhasilan yang berkembang dan menjadi kecenderungan adalah mengukur penguasaan keterampilan melalui kemampuan kognitif dan afektif. Sebaiknya hal ini dihindari oleh guru penjasorkes. Mengukur keberhasilan penguasaan keterampilan telah tercakup kemampuan kognitif dan afektif. Sebagai contoh, pada saat guru menilai keberhasilan siswa memasukkan bola ke dalam keranjang. Pada saat akan melakukannya, dia memperhitungkan jarak antara dirinya dengan jaring, tinggi jaring, berat bola sehingga dapat memperkirakan energi yang dibutuhkan untuk memasukkan bola ke dalam jaring dengan tepat.

Instrumen pengukuran harus dikembangkan atas dasar kemungkinan keterampilan gerak yang dapat dicapai oleh siswa dan telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Hal-hal yang berhubungan dengan pengukuran kemampuan mengingat dan memahami teori-teori penjasorkes hendaknya dilakukan dalam bentuk tugas-tugas yang integral dengan sistem penilaian.

Nah itulah tadi pembahasan mengenai Cara mengajar Pendidikan jasmani (Penjasorkes) yang baik dan benar, semoga bisa bermanfaat bagi kita seua, utamanya bagi diri kami pribadi. Terima kasih.

Cara mengajar Pendidikan jasmani (Penjasorkes) yang Baik dan Benar Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ikbal H

0 komentar:

Posting Komentar