Penjaskesrek

Blog ini Berisi Informasi Seputar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang Cocok untuk Semua Kalangan.

Apa itu Malnutrisi ? Pengertian dan Penyebabnya


Persoalan gizi merupakan salah satu masalah tersendiri di Indonesia, hal ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi, faktor ketidaktahuan, dan lain-lain. Nah, kali ini kami akan coba menguraikan mengenai apa itu malnutisi dan juga penyebabnya. semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Cekidot.

Pengertian Malnutrisi

Malnutrisi

Malnutrisi adalah keadaan tubuh yang mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas akibat kurangnya konsumsi, buruknya absorbsi (penyerapan), atau kehilangan nutrisi dalam jumlah besar. Malnutrisi dapat berupa gizi buruk atau kurang gizi.

Malnutrisi dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat maupun lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu yang singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), atau karena makanan yang dikonsumsi tidak cukup. Sementara gangguan pertumbuhan yang berlangsung lama dapat terlihat pada hambatan pertambahan panjang badan. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit dan infeksi.

Malnutrisi dapat disebabkan oleh kekuarangan asupan makanan maupun adanya gangguan pada absorpsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Menurut UNICEF, penyebab malnutrisi dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause), dan penyebab dasar (basic cause). Kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit merupakan penyebab langsung. Penyebab tidak langsung yang dapat menyebabkan malnutrisi adalah kurangnya ketahanan pangan keluarga, kualitas perawatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Sementara penyebab dasar dari malnutrisi berupa kondisi sosial, politik dan ekonomi negara.

Penyakit, terutama penyakit infeksi, memengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan gizi oleh tubuh. Kurangnya asupan makana dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan, kurangnya kualitas makanan, dan cara pemberian makanan yang salah. Cara pemberian makanan yang salah bisa karena ibu ataupun orang yang memberikan makanan yang salah bisa karena ibu ataupun orang yang memberikan (mengolah/memasak) tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Seorang ibu wajib mengetahui masa pemberian ASI yang dianjurkan, waktu dimulainya pemberian makanan tambahan, jenis makanan apa yang harus diberikan, berapa banyak dan berapa sering makanan diberikan, dan bagaimana cara memberikan makanan dengan aman.

Kematian akibat penyakit terkait malnutrisi dapat disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari berbagai penyebab lain, seperti rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan, kurangnya suplai air bersih dan fasilitas sanitasi, dan kurangnya kebersihan makanan serta pengasuhan anak yang tidak memadai. Pengasuhan anak yang tidak memadai dapat disebabkan oleh ibu bekerja sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk memberi dan memerhatikan makanan anaknya. Ketahanan pangan diartikan kemampuan keluarga untuk  menghasilkan atau mendapatkan makanan. Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan, produksi serta persiapan makanan untuk dikonsumsi serta kebersihan. Status pendidikan dan ekonomi perempuan yang rendah juga menyebabkan kurangnya kemampuan untuk memperbaiki status gizi keluarga.

Malnutrisi terjadi saat tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang penting dan cukup bagi tubuh. Oleh karena itu, orang yang kelebihan berat badan juga dapat mengalami malnutrisi. Terlalu banyak makan ataupun kurang makan dapat menyebabkan seseorang mengalami malnutrisi. Makanan dalam jumlah banyak yang masuk ke dalam tubuh belum tentu mengandung semua kandungan gizi. Banyak makanan yang menjadi berbahaya bila mengandung banyak zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.

Malnutrisi membuat daya tahan tubuh menurun sehingga rentan terserang penyakit. Pada umumnya, orang sehat makan sehari tiga kali. Orang sakit biasanya malas makan sehingga mendapatkan malnutrisi. Hal ini juga ditemui di rumah sakit, yang mana banyak kasus, para pasien justru bertambah buruk kondisinya karena status gizinya tidak baik akibat malas makan atau tidak berselera makan. Padahal, pada kasus malnutrisi orang sakit, asupan makanan yang baik diperlukan demi meningkatkan laju metabolisme tubuh untuk proses penyembuhan. Komplikasi terjadi bila sakit tidak mudah sembuh atau waktu penyembuhannya lama. Terjadi 2 sampai 20 kali lebih sering pada pasien malnutrisi dari pada pasien dengan gizi baik. Dampaknya pada pasien yang mengalami kurang gizi, antara lain fungsi organ-organ tubuh berkurang, obat-obatan yang dikonsumsi menjadi tidak bekerja maksimal, berat badan menurun menurun karena tidak adanya gizi, penyembuhan luka terhambat, kekebalan tubuh terganggu sehingga mudah terserang penyakit infeksi, perawatan di rumah sakit menjadi lebih lama dari yang seharusnya sehingga membuat biaya rumah sakit makin banyak, dan dapat meningkatkan angka kematian.

Pada malnutrisi, terdapat 3 bentuk klinis dan gizi buruk, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmus kwashiorkor. Kwashiorkor atau busung lapar adalah gangguan gizi karena kekurangan protein. Gejalanya adalah edema di seluruh tubuh terutama punggung, kaki, wajah membulat dan sembap, perubahan status mental seperti rewel, menolak segala jenis makanan (anoreksia), pembesaran jaringan hati, rambut kusam dan mudah dicabut, gangguan kulit yang disebut crazy pavement (bercak merah kecoklatan di kulit mudah terkelupas), pandangan mata tampak sayu dan pada anak menjadi banyak menangis. Pada stadium lanjut, anak tampak apatis atau kesadarannya menurun.

Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejalanya adalah tampak sangat kurus (tinggal tulang terbungkus kulit), muka seperti orang tua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit, perut cekung, kulit keriput, rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan pencernaan (sering diare), dan adanya pembesaran hati. Sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan karena masih merasa lapar. Pada stadium lanjut yang lebih berat, anak tampak apatis atau kesadarannya menurun. Sementara marasmus kwashiorkor merupakan gabungan gejala dari marasmus dan kwashiorkor.

Malnutrisi pada anak tidak hanya berdampak langsung pada kesehatan, tetapi memicu pula berbagai resiko penyakit pada usia dewasa. Ciri yang paling mudah dikenali dari kondisi malnutrisi pada anak adalah rendahnya perkembangan fisik. Malnutrisi pada anak usia tiga tahun pertama dapat menimbulkan gangguan permanen otak. Sementara malnutrisi karena kelebihan gizi menyebabkan obesitas, penyakit janung koroner, diabetes, dan peradangan. Namun, jika kekurangan kalori, penyakit seperti osteoporosis, disfungsi imun, kemampuan nalar berkurang, dan gangguan reproduksi menjadi konsekuensinya.

Kebutuhan nutrisi setiap anak berbeda tergantung usia dan berat badan. Pada usia kanak-kanak, kebutuhan energi tiga kali lebih tinggi dari pada orang dewasa. Kebutuhan nutrisi bayi dan anak untuk energi sebanyak 100-120 kilo kalori (kkal) per kilogram setiap harinya. Pada orang dewasa, kebutuhan asupan nutrisi hanya 35-40 kkal per kilogram per hari. Kebutuhan anak batita terhadap protein sebanyak 9-15%, lemak 40-50%, dan selebihnya hidrat arang. Anak diatas usia tiga tahun energi yang dibutuhkan kurang dari 100 kkal per kilogram per hari, dengan protein 10-20% dan lemak kurang dari 30%. Kebutuhan lemak pada bayi diperoleh dari ASI yang juga bermanfaat bagi pertumbuhan otak. Orangtua sangat berperan besar dalam membangun kebiasaan atau pola makan anak-anak mereka. Status gizi pada makanan anak tergantung orangtuanya.

Salah satu teori yang menjelaskan pengaruh nutrisi seorang ibu hamil pada janin yang dikandungnya adalah teori yang dikenal dengan nama “Fatal Programming”. Menurut teori tersebut, seorang ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi akan menyebabkan fetus yang dikandungnya mendapat asupan makanan yang kurang dalam pertumbuhannya. Hal itu mungkin akan memicu timbulnya penyakit kronis yang dapat diderita sang buah hati pada masa mendatang. Penyakit-penyakit seperti jantung koroner, hipertensi, kolesterol, gangguan toleransi glukosa, dan diabetes biasa ditemui daripada bayi yang dilahirkan oleh para ibu yang mengalami masalah malnutrisi pada masa kehamilan.

Gizi ibu hamil perlu diperhatikan agar janin yang dikandungnya bisa tumbuh dan berkembang secara normal sehingga bayi yang dilahirkan pun dalam keadaan normal. Ibu hamil yang terjamin konsumsi zat gizinya sesuai dengan yang dibutuhkan, akan sangat membantu setelah melahirkan. Air susu ibu yang diproduksi dengan status gizi yang baik akan menjamin terpenuhinya kebutuhan ASI untuk bayinya. Dengan menerapkan ASI ekslusif, yaitu hanya memberikan ASI kepada bayinya sampai umur 6 bulan akan ikut menjamin mengurangi kejadian balita gizi buruk pada balita umur 6 bulan. Sebab pertumbuhan bayi pada awal-awal kehidupannya akan menentukan status gizi selanjutnya sampai umur 5 tahun. Ibu hami yang memiliki status gizi baik akan melahirkan bayi yang sehat sehingga ibu hamil secara langsung ikut berkontribusi mengurangi kejadian gizi buruk.

Di dalam penangana malnutrisi, UNICEF memperkenalkan pendekatan “Assessment, Analysis, dan Action”. Setelah adanya penilaian (assesment) mengenai adanya malnutrisi, selanjtunya perlu dilakukan analisis mengenai penyebabnya. Berdasarkan analisis penyebab dan penilaian sumber daya yang tersedia, tindakan (action) dirancang dan dilaksanakan untuk mengatasi masalah. Identifikasi penyebab langsung dari malnutiris pada kasus-kasus individual ataupun pada masyarakat dengan prevalensi malnutrisi yang tinggi tetap relevan untuk dilakukan agar dapat dilakukan penanganan yang sesuai konteks kasus maupun masyarakat.
Untuk menentukan status gizi, dilakukan dengan melihat berat badan dan usia anak disesuaikan dengan grafik KMS (Kartu Menuju Sehat). Apabila dijumpai berat badan di bawah garis merah (BGM), maka dilanjutkan dengan langkah menentukan status gizi balita dengan menghitung berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) berdasarkan standar WHO-NCHS (National Center for Health Statistic). Di Indonesia, angka kebutuhan energi untuk kelompok umur 0-6 bulan adalah 550 kkal/hari, kelompok umur 7-12 bulan 650 kkal/hari, kelompok umur 1-3 tahun 1000 kkal/hari, dan kelompok umur 4-6 tahun 1550 kkal/hari.

Itulah informasi mengani pengertian malnutirisi dan juga penyebabnya, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Apa itu Malnutrisi ? Pengertian dan Penyebabnya Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ikbal H

0 komentar:

Posting Komentar