Penjaskesrek

Blog ini Berisi Informasi Seputar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang Cocok untuk Semua Kalangan.

Pengertian Pendidikan Jasmani Terlengkap

Pendidikan Jasmani (Penjas) pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan Jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan Jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan pada umumnya yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas jasmani. Sehingga melalui program penjas dengan aktivitas fisik dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara totaliti, sebagaimana yang dikemukakan Pangrazi dan Aaron (2016), “Physical education is part of the total educational program that contributes, primarily through physical activity, to the total growth and development of all children.” Melalui aktivitas jasmani anak akan memperoleh berbagai macam pengalaman yang berharga untuk kehidupan seperti kecerdasan, emosi, perhatian, kerjasama, keterampilan, dsb. Aktivitas jasmani untuk Pendidikan Jasmani ini dapat melalui olahraga atau non olahraga. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti Pendidikan Jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Beberapa definisi atau pengertian Pendidikan Jasmani berikut memberikan acuan Saudara menganalisisnya. Williams menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani adalah semua aktivitas manusia yang dipilih jenisnya dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Singer memberi batasan mengenai Pendidikan Jasmani sebagai pendidikan melalui jasmani berbentuk suatu program aktivitas jasmani yang medianya gerak tubuh dirancang untuk menghasilkan beragam pengalaman dan tujuan antara lain belajar, sosial, intelektual, keindahan dan kesehatan. Menurut UNESCO (1978) dalam “International Charter of Physical Education and Sport”, Pendidikan Jasmani adalah satu proses pendidikan seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Bucher (1979) mengemukakan Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional. Abdul Kadir Ateng (1993), menyatakan pula bahwa; Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional. Sukintaka (2004) menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan bagian yang integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental sosial, serta emosional dalam kerangka menuju manusia Indonesia seutuhnya dengan wahana aktivitas jasmani sehingga pengertian Pendidikan Jasmani adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematis untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya. Hal senada Jennifer L., Deborah A. Wues (2018) mengemukakan bahwa “Physical education is an educational process that uses physical activity as a means to help individuals acquire skills, fitness, knowledge, and attitudes that contribute to their optimal development and well-being”. SK Mendikbud nomor 413/U/1987 menyebutkan bahwa Pendidikan Jasmani adalah bagian yang integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan emosional. Rusli Lutan (2005) menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani dapat diartikan sebagai proses sosialisasi melalui aktivitas jasmani, bermain, dan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Agus Mahendra (2006) menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui jasmani, permainan dan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari beragam definisi tersebut, Pendidikan Jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa Pendidikan Jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam hal ini, diartikan bahwa melalui aktivitas fisik maka bersamaan itu pula aspek mental dan emosional turut berkembang, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Karena hasil dari Pendidikan Jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah Pendidikan Jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Pendidikan Jasmani harus menimbulkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sehari-hari. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corpore sano. Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang zaman adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior. Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan Pendidikan Jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Tepatlah ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang Pendidikan Jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program Pendidikan Jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata yang menjadi fokus bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang Pendidikan Jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau diantara pengemban tugas penjas sendiri? Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang belum menyadari peranan dan fungsi Pendidikan Jasmani di sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang lebih baik karena ironisnya justru program Pendidikan Jasmani tidak ditekankan ke arah manapun. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali. Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia secara utuh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program Pendidikan Jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang Pendidikan Jasmani kita. Pendidikan Jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mental. Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan Pendidikan Jasmani diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah Pendidikan Jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pendidikan Jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan lain-lain. Daftar Pustaka: Dr. Hariadi, S.Pd., M.Kes, AIFO. 2022. Modul 2 Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani, Aktivitas Gerak dan Olahraga dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Kemendikbud.

Pengertian Pendidikan Jasmani Terlengkap Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ikbal H

0 komentar:

Posting Komentar