Penjasorkes sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting di sekolah dan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya belum efektif sebagaimana yang diharapkan. Pembelajaran penjasorkes di sekolah masih cenderung bersifat tradisional dan tidak variatif sehingga murid cenderung tidak tertarik, merasa terpenjara secara psikis, kurang fun, tidak terlibat secara utuh, dan kurang termotivasi. Model pembelajaran penjasorkes tidak harus terpusat pada guru, tetapi pada murid.
Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak sehingga isi dan urutan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan agar menarik dan menyenangkan. Sasaran pembelajaran ditujukan tidak hanya pengembangan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar Penjasorkes dan model pengajarannya yang efektif perlu dipahami terlebih dahulu oleh guru yang akan mengajar.
Tujuan utama pengajaran Penjasorkes di sekolah adalah memberi pengetahuan, pemahaman konsep gerak dan keterampilan kepada peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang fisiologis dan psikis secara utuh dan prima. Di samping itu, mereka dapat termotivasi, senang, dan menikmati keikutsertaannya untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas jasmani olahraga dan kesehatan.
Diharapkan pula, mereka memiliki fondasi pengembangan keterampilan gerak, pemahaman kognitif, dan sikap positif terhadap aktivitas jasmani, sehingga akan menjadi manusia dewasa yang sehat, segar jasmani, dan rohani, serta mempunyai kepribadian yang mantap dan karakter yang baik. Salah satu masalah atau kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Penjasorkes adalah sarana dan prasarana pendukung yang tidak memadai dan kondisi lingkungan/tempat penyelenggaraan pendidikan jasmani sangat bervariasi.
Mungkinkah seorang guru dapat mengajarkan Penjasorkes dengan sukses dalam situasi keterbatasan dan perbedaan kondisi tersebut. Model pengajaran yang tradisionil, ketergantungan dari sarana dan prasarana yang bersifat linier. Artinya, guru tidak leluasa menyesuaikan diri dengan kondisi setempat karena hanya bertumpu pada satu acuan pendekatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru Penjasorkes.
Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjas)
Berikut ini beberapa alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat diadaptasikan kepada anak didik di sekolah:
1. Pendekatan Pengajaran Reflektif
Salah satu pendekatan yang dapat menjadi alternative bagi guru Penjasorkes di sekolah dalam menyampaikan proses pembelajaran adalah “pendekatan pengajaran reflektif” mencakup pengertian guru yang sukses dan efektif dalam arti tercapainya kepuasan professional. Pendekatan pengajaran ini menekankan pada kreativitas penumbuhan kondisi pembelajaran yang kondusif melalui penerapan berbagai keterampilan pengajaran yang disesuikan dengan situasi (lingkungan) tertentu.
Guru yang reflektif selalu melakukan penilaian terhadap lingkungan sekitar dalam upaya mengidentifikasi rencana proses pengajarannya. Pengajaran reflektif ini berbeda dengan pengajaran tradisional atau pengajaran invariant yang diberi ciri dengan penggunaan suatu metode dalam berbagai situasi pengajaran. Contoh pengajaran dengan “kategori model” dapat diterapkan selama model kategori itu sesuai dengan tuntutan kegiatan dan kebutuhan situasional saat itu (Mosston, 2002).
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan agar pengajaran Penjasorkes bisa efektif dalam arti bahwa anak didik akan memiliki pemahaman, kemampuan, serta keterampilan gerak yang tinggi dengan sikap yang positif terhadap kegiatan fisik. Ketiga hal itu meliputi (1) anak didik memerlukan latihan praktik yang tepat dan memadai, (2) latihan praktik tersebut harus memberikan peluang tingkat sukses (rate of success) yang tinggi, (3) lingkungan perlu distrukturisasi sedemikian rupa sehingga menumbuhkan iklim belajar yang kondusif.
Karakteristik guru reflektif bila ditinjau dari indicator perencanaan sesuai dengan rencana pelajaran pada kelas dan anak yang berbeda. Sedangkan guru invariant menggunakan perencanaan pelajaran yang sama.
2. Modifikasi Olahraga
Sebagai pendekatan pembelajaran olahraga dimaksudkan untuk mengganti model pengajaran tradisionil yang selama ini diterapkan secara linier, rutin, dan monoton. Pendekatan pengajaran ini dapat didesain, dimanipulasi oleh guru Penjasorkes sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan karakteristik murid yang belajar.
Modifikasi pembelajaran dapat dilakukan pada alat, ukuran lapangan, aturan permainan, lingkungan, dan sebagainya. Seorang guru dikatakan berhasil apabila ia dapat mencapai kepuasan professional, dan ia secara kreatif mampu menggunakan berbagai keterampilan mengajar serta berinteraksi secara efektif dengan lingkungan pembelajaran. Guru harus mampu memanfaatkan lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi serta anak terangsang untuk belajar.
Konsep modifikasi olahraga pada dasarnya berpedoman pada Development Apropriate Practice (DAP) yang mengacu pada pembelajaran individual (individualize instructional approach). Pembelajaran berpusat pada anak didik dan berusaha disesuaikan dengan kondisi fisik dan psikis anak. Model ini dirancang untuk membantu anak dalam mengembangkan suatu pengertian yang lebih baik tentang diri dan lingkungannya serta hubungannya dengan olahraga yang digemari dan media yang digunakannya. Dalam program ini murid diminta untuk menjelaskan secara lus tentang masalah-masalah termasuk konstruksi media kesegaran, tingkah laku sportif dan kesamaan hak dalam penjasorkes.
Anak diajak untuk terlibat aktif dalam proses pembuatan keputusan dalam kelas dan belajar melalui diskusi dan pemecahan masalah. Guru bertindah sebagai fasilitator untuk mengarahkan murid dalam belajar.
Pendekatan pembelajaran Penjasorkes dengan modifikasi ini dapat memberikan kebebasan murid dalam mempelajari konsep keterampilan gerak cabang olahraganya, murid dapat mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang diharapkan tercapai dari setiap proses pembelajaran yang berlangsung. Pendekatan ini memberikan kebebasan gerak bagi murid dalam belajar, karena adaptasi murid terhadap aturan, ukuran lapangan, peralatan, sarana dan prasarana yang sudah dimodifikasi sangat memberikan kesempatan kepada mereka melakukan gerak sesuai dengan kebutuhan jasmani, rohani, dan mental murid.
3. Pembelajaran Kooperatif
Penerapan pembelajaran kooperatif dalam proses belajar Penjasorkes sangat memungkinkan bagi guru karena materi pembelajaran penjas sangat unik dan berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran Penjasorkes dapat diajarkan secara individual terlebih dengan pembelajaran kelompok yang memerlukan kerjasama di antara seluruh murid yang belajar.
Belajar gerak keterampilan cabang olahraga akan lebih mudah dipahami oleh murid karena dapat dengan mudah mendapatkan koreksi langsung dari teman-temannya, motivasi menjadi meningkat, dan rasa keingintahuannya lebih tinggi.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang tugas-tugas belajar dikerjakan dalam bentuk kelompok. Murid bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu belajar satu sama lain. strategi pembelajaran ini memungkinkan pengembangan sejumlah kompetensi “nurturant effect” pada diri murid.
Beberapa efek nurturant yang dapat dihasilkan melalui penerapan pendekatan ini, antara lain:
- Murid dapat mengembangkan keterampilan komunikasi, kerja sama, kepekaan sosial, tanggung jawab, tenggang rasa, penyesuaian sosial
- Membangun persahabatan, rasa saling percaya, kebiasaan kerjasama, dan sikap professional
- Memperluas perspektif, keyakinan terhadap gagasan sendiri, rasa harga diri dan penerimaan diri
- Memungkinkan berbagi pengalaman dan saling membantu dalam memecahkan masalah pembelajaran
- Mengoptimalkan penggunaan sumber belajar dan pencapaian hasil belajar.
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif ini dapat menjadi alternative pilihan bagi guru Penjasorkes dalam mengajarkan berbagai konsep gerak terhadap murid. Pendekatan ini dapat menyentuh berbagai asepk kecerdasan yang diinginkan sehingga materi ajar yang telah direncakan dapat secara tuntas diselesaikan, terutama dengan pemberian tugas gerak, baik secara individual maupun tugas gerak secara berkelompok.
4. Pembelajaran Inquiry dan Discovery
Pembelajaran inquiry dan discovery adalah metode pembalajaran yang mendorong murid untuk mengalami, melakukan percobaan, dan menemukan sendiri prinsip-prinsip dan konsep yang diajakran. Strategi ini memiliki beberapa keuntungan, seperti dapat membangkitkan rasa keingintahuan, minat, dan motivasi murid. Penerapan strategi inquiry. Murid juga dapat belajar memecahkan problem secara mandiri dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, sebab mereka harus menganalisis dan mengutak atik informasi lalu diimplementasikan.
Penjasorkes diajarkan melalui media gerak, yang terkadang secara keseluruhan murid tidak dapat mempelajarinya dengan baik dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, tugas gerak yang harus dicermati oleh murid memerlukan motivasi, konsentrasi tinggi, minta terhadap konsep gerak, analisis terhadap item gerakan secara bertahap dari yang muda ke yang kompleks. Percobaan dan pengelaman harus dilakukan secara mandiri atau kelompok agar konsep gerak itu dapat dipelajari, dirasakan, ditemukan jalan untuk menguasai pembelajaran konsep gerak kecabangan olahraga.
5. Pembelajaran Berbasis Proyek/Tugas
Pembelajaran berbasis proyek/tugas (project basic learning) adalah strategi pembelajaran yang ditandai dengan pengelolaan lingkungan belajar yang memungkinkan murid dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenalkan kepada murid untuk bekerja mandiri dalam mengontruksi pembelajarannya dan mengulminasikannya dalam produk nyata.
Konsep gerak keterampilan olahraga yang diajarkan dalam Penjasorkes memerlukan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman gerak. Untuk itu, pembelajaran konsep gerak ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas proyek secara individual atau kelompok untuk dipelajari, dibahas, dan pada akhirnya dapat mengaktualisasikan konsep gerak tersebut melalui pemahaman murid masing-masing. Pendekatan pembelajaran berbasis proyek ini menjadi alternatif pilihan bagi guru Penjasorkes dalam mengajarkan konsep gerak keterampilan olahraga di sekolah. Pendekatan ini dipahami mampu mencerdaskan murid dengan berbagai kecerdasan, bahkan kecerdasan lainnya dapat tercapai bila pendekatan dikelola dengan baik oleh para guru secara efektif dan professional.
6. Pembelajaran Parsipatori
Pembelajaran parsipatori merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada pelibatan murid untuk berpartisipasi dan ikut menentukan berbagai aktivitas pembelajaran. Setiap murid adalah subjek yang kepentingannya perlu diperhatikan dan diakomodasi dalam proses pembelajaran. Pelibatan murid dalam perencanaan dan penentuan berbagai pilihan tindakan pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan komitmen murid untuk menekuni setiap tugas pembelajaran.
Di samping itu, penggunaan strategi ini dapat mendorong berkembangnya jiwa demokratis serta kemampuan mengemukakan dan menerima pendapat di kalangan murid. Contohnya, libatkan murid dalam membuat perencanaan dan pilihan tindakan yang diperlukan dalam proses pembelajaran; memutuskan strategi umum yang akan ditempuh, sumber dan alat pembelajaran, cara menyelesaikan tugas kelompok ataupun ketentuan-ketentuan lain yang diperlukan.
Pelibatan murid dalam merencakan, proses sampai pencapaian tujuan pembelajaran sangat penting dalam Penjasorkes, bahkan paradigm baru keterlibatan murid secara utuh merupakan tujuan utama yang ingin dicapai. Pengajaran Penjasorkes tidak lagi harus didominasi oleh guru, tetapi murid menjadi pusat kegiatan pembelajran untuk pencapaian kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.
Murid diberikan kesempatan untuk memimpin rekan-rekannya dalam satu kelompok, terutama pada saat permulaan pembelajaran atau pemanasan di bawah koordinasi guru, bahkan keterlibatan murid untuk menjadi pemimpin pada kelompoknya dapat menumbuhkan rasa percaya diri, kemandirian, tanggung jawab sebagai pengiring yang lahir dari setiap pembelajaran Penjasorkes di sekolah.
7. Pembelajaran Scaffolding
Pembelajaran Scaffolding merupakan praktik yang didasarkan pada konsep pemberian dukungan belajar yang pada tahap awal diberikan secara lebih terstruktur, kemudian secara berjenjang menuntun murid kea rah kemandirian belajar. Penggunaan strategi ini pembelajaran Scaffolding bertujuan untuk mendorong murid menjadi lebih mandiri dan mampu mengatur diri sendiri (self regulation). Begitu pengetahuan dan kompetensi belajar murid meningkat, guru secara berangsur-angsur mengurangi pemberian dukungan. Jika murid tidak mampu mencapai kemandirian, guru kembali ke system dukungan untuk membantu murid memperoleh kemajuan sampai mereka mampu mencapai kemandirian.
Pencapaian proses dan tujuan pembelajaran Penjasorkes di sekola dengan konsep dan keterampilan gerak sebagai media penyampaian pembelajaran. Pembelajaran gerak memerlukan banyak dukungan, yakni: partisipasi murid, keberanian murid mengemukakan ide atau pendapat, pelibatan diri murid dengan seutuhnya terhadap proses pembelajaran gerak, dukungan sarana dan prasarana, dan yang harus menjadi perhatian besar bagi guru Penjasorkes adalah kebutuhan akan peralatan dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Pembelajaran model Scaffolding ini menjadi salah satu alternatif yang dapat menjadi pilihan bagi guru Penjasorkes dalam menyampaikan materi pembelajaran konsep gerak keterampilan olahraga. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi, partisipasi murid serta guru dengan mudah dapat mengidentifikasi kelemahan-kelemahan atau kekurangan dan keterbatasan setiap murid. Dengan demikian guru dapat melakukan verifikasi, remedial, atau pengulangan-pengulangan konsep gerak keterampilan olahraga yang belum dipahami atau dapat dilakukan dengan baik oleh para murid.
Pembelajaran dengan model Scaffolding dalam Penjasorkes diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang diinginkan, baik kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Bahkan dampak pengiring lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas murid melalui Penjasorkes diharapkan mampu menumbuhkembangkan jasmani dan rohani anak dengan baik, harmonis, berkarakter tangguh, berkepribadian hebat, beretika, berakhlak mulia, bermoral, mandiri dan bertanggung jawab.
Nah, demikianlah beberapa pendekatan pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Semoga bisa memberikan manfaat.
0 komentar:
Posting Komentar